Hari-hari yang melelahkan.
Untukmu yang kini sedang duduk manis dikantor namun pikiran terbebani dengan beban pekerjaan segunung dan tekanan kehidupan, selamat datang di realita dunia sesungguhnya.
Hari ini dimana aku merasakan lelah bekerja kantoran dan ingin sekali sesekali menikmati liburan, pergi berwisata tanpa takut gaji dipotong karena masih belum memiliki hak cuti, tiba-tiba dipecat karena membolos untuk berlibur, bahkan uang yang sangat pas-pasan, hanya cukup untuk makan dan bayar kontrakan satu bulan. Rasanya ingin sekali aku jadi penulis novel purna waktu.
Kalau waktu bisa kembali 15 tahun kebelakang rasanya banyak banget hal-hal yang ingin kuperbaiki. Tentang bersikap lebih egois sedikit misalnya..
Memang benar, egois itu salah satu sikap yang buruk, tapi kalau kamu tak punya rasa egois sedikitpun dalam hidupmu mungkin selamanya kamu akan jadi follower yang setia dibelakang seseorang, bahkan ketika kamu berjalan agak lebih majupun kamu bersedia untuk mundur kembali dan mempersilahkan seseorang untuk berjalan didepanmu. Protagonis sekali seperti sosok Bawang Putih yang ada di dongeng-dongeng.
Aku menyesal karena tidak egois saat aku ingin sekali punya gitar. Aku menyesal karena tidak egois untuk ikut les musik. Aku menyesal tidak egois untuk tidak mengungkapkan pendapatku didepan kelas hanya karena aku menghormati perasaan temanku yang paling pintar dikelas. Aku menyesal tidak egois untuk pergi jalan-jalan dan ikut komunitas hanya karena tau kondisi keuangan keluargaku tidak sebaik yang lain. Banyak yang aku sesali.
Dari penyesalan-penyesalan itu, saat aku lulus SMK, saat aku keluar dari rumah, disaat aku kalah dari rasa egois orang-orang terhadapku, saat aku diyakini tetanggaku akan jadi seorang pecundang, aku memulai kehidupanku. Aku mulai bekerja siang malam membiayai hidupku, bahkan sesekali akupun menghidupi orang-orang yang egois itu. Aku mulai bisa membeli makananku sendiri, membayar rumah kontrakanku tiap bulan, menunjang kehidupan keluarga setiap bulannya, bahkan membeli beberapa kambing untuk cadangan tabungan dimasa depan. Akupun mulai menabung untuk pendidikanku, biar orang-orang yang menganggapku pecundang itu bisa malu dengan pemikirannya sendiri. Hey, aku bisa keluar dari perasaan kalah dari egoisme orang-orang.
Dari keinginanku itu itu aku mulai egois dengan orang-orang yang dulu selalui mendahuluiku, mementingkan egonya diatas egoku.
Kini aku merasakan aku sangat-sangat egois, tapi disisi lain orang-orang tetap saja menjatuhkanku, "Kembali pada dirimu yang dulu! Tak seharusnya kamu egois. Kamu tidak pantas. Kamu memang terlahir untuk tidak egois, terlahir untuk tersakiti, terlahir untuk tetap kalah, terima nasibmu!"
Comments
Post a Comment