Pertama Kali Ku Melihatmu
Akhirnya bisa juga menyempatkan diri ke warnet untuk menunaikan challenge ke empat dari #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge.
Untuk challenge kali ini tergolong agak susah diungkapkan karena ya takut mengingat masa lalu (ceileh). Tapi namanya juga kita ikutan challenge, ya udah sikatt..
Berhubung tema kali ini disuruh menceritakan masa pertama kali bertemu dengan “Dia“ ya sudah kita cerita saja kejadian masa lalu. Tapi loh, “Dia”nya yang mana? Jadi bingung mau nyeritain yang mana (hehehe). Mungkin aku akan menceritakan sosok laki-laki pertama yang bisa membuatku tertarik mengenal apa itu cinta.
Sekitar tahun 2009 ketika aku masih menjalani kehidupanku dengan seragam putih-biru khas SMP. Saat itu aku kelas 9 atau kelas tertinggi ditingkatan SMP. Kala itu kebetulan aku masuk di kelas Favorit di antara kelas-kelas lainnya. Dan untuk ruangan kelasku pun adalah ruang yang paling strategis di antara ruang-ruang lainnya yang ada di sekolahku. Ya mungkin karena kelas ini kelas terdekat dari perpustakaan, dekat dengan ruang guru bahkan dekat dengan kantin kecil. Ya, jadi dari ruang kelas ini kita hampir bisa melihat berbagai macam siswa-siswi yang mondar-mandir entah ingin ke kantor guru, ke perpustakaan ataupun ke kantin.
Hari itu, tepat hari senin setelah upacara bendera, kebetulan aku bertugas untuk mengambil buku pelajaran IPS yang ada di perpustakaan untuk dibagikan ke satu kelas. Ku ajak salah satu temanku untuk membantu membawakan buku paket. Dan seperti biasa aku ke perpustakan sambil mengusili temanku dan sempat pula aku di kejarnya sampai depan pintu perpustakaan. Namun sampai disana seketika langkahku pun terhenti karena aku hampir menabrak seseorang. Ya, dia yang akan jadi tokoh utama kali ini.
Sempat beberapa detik duniaku terhenti, bahkan aku menahan nafas ketika keningku hampir terasa dekat dengan bibirnya. Langkahku pun sedikit mundur karena aku terlalu takut kalau dia marah karena aku hampir menabraknya. Ya, kulihat dari dekat wajahnya. Aku tak pernah melihatnya sebelumnya, namun ketika kulihat lambang kelas di bajunya tertera angka 9 dan sama dengan lambang angka di bajuku. Ku rasa dia pun sama kagetnya dnganku, dan dia pun memberikan senyum sebelum pergi dari pandanganku. Kurasa dia murid baru dan tergelitik hati untuk mengetahui identitasnya.
Hari-hari ku lalui di depan kelas hanya untuk menantikan kehadirannya. Kadang kulihat senyumnya yang ia tebarkan hanya ke teman akrabnya. Kurasa mereka kenal lama. Kutanyakan ke beberapa teman laki-lakiku di kelas mengenai dia. Tapi tak seorangpun teman sekelasku yang mengetahui tentang dia. Dia juga jarang nongkrong dengan teman-teman sekelasnya di warung dekat sekolah. Ku rasa dia introvert, tapi aku semakin tertarik dengannya.
Setiap hari saat jam pulang aku langsung ke parkiran untuk menunggunya mengambil sepedanya. Kulihat kejauhan apakah dia segera pulang atau tidak. Aku berharap bisa memberanikan diri untuk bisa mengenalnya dan juga jadi teman baiknya. Namun saat itu aku terlalu malu walau hanya sekedar untuk memulai percakapan dengannya. Jadi aku hanya mengikuti dari belakang sambil mengayuh sepeda, berharap dia sekedar menyamai kecepatan sepedanya dan sepedaku dan mengobrol ketika pulang. Namun itu tak pernah terjadi.
Pernah sesekali aku mulai belajar serius agar bisa menarik perhatiannya, berharap dia sedikit menoleh ke arahku. Memang benar aku mendapatkan nilai tinggi dan namaku pun tercantum di deretan atas di papan pengumuman. Tapi tetap dia seakan enggan menoleh dan tetap diam.
Hingga sampai akhir kelulusan pun aku tak memiliki ke sempatan umtuk memulai kata dengannya. Dia terlalu diam dan seakan membangun dinding pembatas yang tinggi. Dan sampai 8 tahun berlalu pun aku tak pernah bisa mendengar suaranya, berbagi cerita dengannya ataupun sekedar jadi teman bersepedanya. Ya dia yang pernah menghentikan waktuku hingga sepersekian detik.
Nah, selesai juga ceritanya. Ngenes banget kan? Ya, kadang aku menyesal dengan sikap pemalu ku di masa lalu. Jangan bilang nggak percaya. Justru karena kejadian itu aku mulai berbah untuk sekedar percaya diri dan berani menyampaikan aspirasi di depan umum, seperti diriku yang sekarang. Ya, karena aku nggak mau mengulang kejadian di masa lalu. Mungkin sampai dsini saja chellenge hari ke empat #10DaysKF. Semoga kita segera bertemu esok hari. See you..
Comments
Post a Comment