Maafkan Anakmu Mak
Finally, it’s a last day! Yeaay, akhirnya ketemu juga hari ke
10 dari #KampusFiksi 10 Days Writing Challenge. (aaak~ aku bisa bertahan sampai
akhir mak).
Di tantangan terakhir kali ini aku akan membahas mengenai
sebuah hal yang aku janji nggak bakal mengulanginya di masa depan. Ya kaya sesuatu
hal fatal di masa lalu yang nggak baik buat di ingat atau di ulangi di masa
yang akan datang. Ya kita langsung aja.
Dulu, waktu sekitar kelas satu SMK aku pernah bikin sesuatu
yang emang nggak boleh di contoh atau di tiru oleh siapapun. Bahkan sampai
sekarang aku merasa masih punya dosa yang nggak bisa gitu aja di hapuskan. Waktu
itu emang aku masih terlalu labil, gampang terpengaruh dengan lingkungan
sekitar aku. Di masa perlihan seperti itu mulai banyak hal-hal yang masuk di
kehidupanku. Meskipun aku terlihat dari luar sebagai anak yang baik-baik saja
(nggak pernah buat onar) tapi sebenarnya aku selalu memikirkan hal-hal yang di
luar batas. Kebetulan di umur-umur segitu aku sering melihat hal-hal yang nggak
semua orang bisa lihat(mungkin nggak usah terlalu spesifik lah) dan hal itu
juga kadang buat emosi dan fikiran nggak stabil.
Di suatu siang saat waktu shalat dzuhur telah tiba, mamak
mengingatkanku untuk segera menunaikan sholat. Namun aku tak langsung mengambil
air wudhu dan masih asik di kamar dengan bacaanku. Hingga saat pukul 2 siang
aku masih membaca novel.
Sebenarnya saat itu aku merasa ketakutan karena ada beberapa yang “nongkrong” di tempat sholat dan juga duduk melayang di depan pintu kamar. Jujur aja waktu itu aku masih takut dengan mereka dan masih belum bisa mengatasi rasa itu. Karena aku masih belum beranjak dari kamar akhirnya mamak mulai menyeretku ke kran sambil ngomel-ngomel. Saat itu aku merasa gusar karena mamak mungkin tak tau alasanku kenapa harus menunda-nunda waktu sholatku. Dan tak sengaja aku langsung membentak dan mengamuk ke arah mamak. Sebenarnya aku ingin ceritakan ketakutanku tapi aku enggan karena terus di “perhatikan”. Namun hal tak terduga terjadi, tiba-tiba mamak menangis di depanku dan berkata sudah salah mendidikku. Aku sangat merasa bersalah dengan tangisan mamak tadi. Bukannya minta maaf, aku malah berlari ke kamarku karena terlalu merasa bersalah. Tak ku hiraukan lagi setan tengik yang ada di kamarku, aku malah merasa jengkel dengan mereka.
Sebenarnya saat itu aku merasa ketakutan karena ada beberapa yang “nongkrong” di tempat sholat dan juga duduk melayang di depan pintu kamar. Jujur aja waktu itu aku masih takut dengan mereka dan masih belum bisa mengatasi rasa itu. Karena aku masih belum beranjak dari kamar akhirnya mamak mulai menyeretku ke kran sambil ngomel-ngomel. Saat itu aku merasa gusar karena mamak mungkin tak tau alasanku kenapa harus menunda-nunda waktu sholatku. Dan tak sengaja aku langsung membentak dan mengamuk ke arah mamak. Sebenarnya aku ingin ceritakan ketakutanku tapi aku enggan karena terus di “perhatikan”. Namun hal tak terduga terjadi, tiba-tiba mamak menangis di depanku dan berkata sudah salah mendidikku. Aku sangat merasa bersalah dengan tangisan mamak tadi. Bukannya minta maaf, aku malah berlari ke kamarku karena terlalu merasa bersalah. Tak ku hiraukan lagi setan tengik yang ada di kamarku, aku malah merasa jengkel dengan mereka.
Mulai hari itu aku berjanji untuk tidak membuat mamak
menangis lagi karena kelakuan burukku. Apapun alasannya, aku takkan mengulanginya
lagi. Jujur saja ketika melihat beliau menangis aku merasa sangat tersayat dan
bingung harus berbuat apa.
Mungkin sekian dulu cerita kali ini yang terdengar sedikit horror
(tapi percayalah kepribadianku tak sehoror yang kalian bayangkan). Dan terlaksana
pula tantangan dari Kampus Fiksi #10DaysKF. Kita ketemu di tulisan-tulisanku
yang selanjutnya yaa. Kecup manis darikuu…
Comments
Post a Comment