BUNTU
Diambil dari kisah nyata percakapan antara sang penulis dengan dirinya yang lain di depan cermin...
nyomot dari google |
Kalo ada yang menganggap tulisanku ini mengandung motivasi, kamu salah besar. Ini di buat atas dasar apa yang sudah aku tuliskan pada judul di atas. BUNTU.
Mungkin yang ngga tau arti dari buntu itu sendiri akan aku jelaskan. Buntu = bun-tu v tertutup (tidak dapat terus tt pintu, jalan, pipa, dsb); tertutup salah satu ujungnya (jalan, pipa, dsb); terhalang(oleh sekat dsb); tersekat; tersuntuk (tt akal,pikiran, dsb): gang-; menghadapi jalan -;. Pengertian buntu tersebut aku ambil dari kamus bahasa Indonesia offline, jadi jangan anggap aku terlalu pintar untuk mengartikan pengertian dari kata BUNTU itu tadi.
Sebagai manusia biasa ciptaan Tuhan, aku kerap kali menghadapi hal yang menyebalkan yang biasa di sebut kebuntuan. Bahkan hal yang mengerikan dari kebuntuan selalu bisa terjadi. Frustasi, kata yang tepat untuk menggambarkan hal mengerikan tadi. Aku kadang berfikir mengapa harus ada kata buntu, padahal kapasitas otak manusia seakan tak terbatas walaupun ia tersekat akan ruang yang aku namakan cangkang kepala (jangan protes akan hasil penamaan dariku).
boleh nyomot dari google lagi |
Ya, coba kita kembali mengenai pengertian darikata buntu ini tadi. Setelah kita amati, mungkin kata pas yang bisa kita ambil dalam masalah ini adalah pengertian buntu : tersekat ; tersuntuk (tt akal,pikiran, dsb). Bila kita amati, kata kerja merujuk pada kejadian tersekat ataupun tersuntuk yang berarti tak ada pergerakan. Dan objeknya mengarah pada akal ataupun pikiran. Dan apabila kita simpulkan dari pengertian diatas adalah tidak adanya pergerakan karena tersekat, tersuntuk pada sebuah akal atau pikiran. Jadi, apabila kita lihat titik masalah pada kebuntuan ini manakah yang harus kita salahkan? Pergerakan atau akal?
Menelisik pada pergerakan, kita ibaratkan pada organ tubuh manusia. Apakah ada hal yang bisa mengalami keadaan stagnan atau terganggunya ruang gerak pada pergerakan tubuh seorang manusia? Jawabannya pasti ada dan itu kita lihat kembali pada konteksnya. Bila kita ambil contoh pada orang yang menyandang disabilitas, tak bisa berjalan misalnya, apakah dengan tersematnya gelar disabilitas pada orang tersebut memungkinkan selamanya ia takkan bisa berjalan, bahkan tak bisa berpindah dari tempatnya? Tidak kan. Untuk berpindah,orang tersebut bisa meminta tolong orang lain untuk memindahkan ia dari satu tempat ke tempat lain. Tak bisa berjalan? Di jaman yang serba canggih ini banyak di ciptakkan alat-alat yang bisa membantu kehidupan manusia sehari-hari, bahkan tak terkecuali orang yang memiliki keterbatasan ruang gerak sekalipun.
Jika kita ambil kesimpulan, terhambatnya pergerakan tidak bisa kita salahkan karena selalu ada cara untuk mengatasi itu semua. Sumber penyelesaiannya pun bisa bermacam-macam. Kita bisa meminta tolong orang lain (dalam hal ini kita bisa artikan orang lain sebagai mentor dalam rangka upaya agar bebas untuk bergerak) dan juga memanfaatkan keadaan sekitar(teknologi berperan besar dalam mengatasi ruang gerak karena segala informasi dapat kita akses). Jadi apalagi yang harus kita takutkan mengenai “Tak ada Pergerakan”?
Nah, apakah akal atau pemikiran yang harus kita salahkan?
Aku pernah mendengar mengenai teori bahwa manusia hanya memanfaatkan kerja otak sebesar 5% dari kapasitas otak yang ada. Sebenarnya aku sedikit percaya tidak percaya mengenai teori tersebut. Jika ditanya mengapa tidak percaya, coba kita logika : dari mana sumber perhitungan kapasitas otak tersebut? Dan bagaimana parameter dia menghitungnya? Bila saya kira-kira sendiri, dari keseluruhan tubuh manusia untuk bergerak saja manusia mungkin membutuhkan sekitar 25% dari kerja otak. Dan sekitar 45 % - 75 % untuk berfikir. Jadi setiap manusia memanfaatkan sekitar 70 % - 100% dari kemampuannya untuk berfikir dan menggerakkan anggota tubuhnya. (jangan tanya dari mana prosentasenya, karena ini cuma perkiraan saja).
Namun tak menutup kemungkinan bahwa manusia hanya memanfaatkan sebesar 5% dari seluruh kemampuan otak yang dia punya. Karena bila kita lihat pada saat ini kecanggihan teknologi makin hari semakin bertambah pesat. Tak menutup kemungkinan jika di masa yang akan datang orang-orang era superior bisa menciptakan suatu teknologi yang bisa mematahkan keterbatasan dari sisi seorang manusia. Yang kita anggap mustahil pada saat ini bisa terjadi di masa yang akan datang. Akan ada dimasa depan nanti manusia yang bisa terbang tanpa menggunakan alat (seperti layaknya burung) atau bakal ada manusia super power yang memiliki kekuatan di atas rata-rata seorang manusia dan bahakan bisa menembus dimensi waktu dan kembali ke masa lalu untuk sekedar melancong atau mengubah takdir. Ya, itu bisa saja terjadi ketika saat ini kita memanfaatkan sekitar 5% dari kapasitas otak kita dan kemudian memaksimalkannya menjadi 100%. Bisa saja terjadi.
Jadi, pada dasarnya kapasitas otak tak terhingga, jadi jangan berfikiran untuk menyalahkan cara kerja otak.
Jadi, mengapa bisa kebuntuan dapat menyebabkan frustasi? Faktor apa yang bisa menyebabkan kedua hal tersebut memiliki variable? Disini aku akan menjelaskan mengapa kedua hal tetrsebut memiliki variable dan yang pastinya ini menurut hasil pemikiranku sendiri, jadi jangan tuntut akan ke absahannya.
Menurutku sendiri, mengapa bisa ada kebuntuan terjadi, terutama dalam hal yang menyangkut akan kreatifitas adalah perasaan malas berfikir dan juga tak tanggap akan keadaan sekitar. Nah, kenapa perasaan malas? Bukannya malas merupakan salah satu emosi manusia yang di kendalikan oleh otak? Jangan sepenuhnya salahkan otak, salahkan diri kalian. Salah siapa menyuruh otak untuk malas berfikir.
Dan juga tidak tanggap keadaan, ini adalah penyakit umat manusia era modern yang terlalu individualis dan juga cuek dengan lingkungan sekitar. Cobalah untuk melihat segala sesuatu yang ada di dekatmu menjadi lebih dekat, dari berbeda sudut pandang, dan simpulkan ke dalam penyataan yang objektif. Mungkin secara tidak langsung kita akan melihat dunia dalam sisi lain dan lambat laun segala ide bisa tercipta.
Nah, sudah dijelaskan di awal tadi. Tulisan ini tidak mengandung motivasi, tapi memiliki maksud lain, bagaimana mencoba untuk membuka pemikiran kita. Jadilah manusia yang lebih bermanfaat untuk sekitar, jangan hanya sekedar memenuhi hampir seluruh permukaan bumi. Berbuat baiklah pada diri sendiri, jangan biarkan ia berkarat, bergeraklah dan buatlah dunia menjadi tempat damai untuk di huni. Sekian percakapan hari ini, pesan moral harap di simpulkan sendiri..
nyomot again |
^^keep laughing and control of our self
Comments
Post a Comment